Ferry Irwandi dan Gerakan Warga bantu Warga di Sumatera
Table of Contents
Spechindo – Banjir bandang dan longsor yang terjadi pada akhir bulan November 2025 menimbulkan banyak tragedi kemanusiaan terkhusus di wilayah sumatera (Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat), BNPB mencatat per tanggal 29 Desember 2025 korban meninggal dunia telah mencapai 1.140 jiwa, 163 orang hilang, dan 399,2 ribu orang harus mengungsi.
Banyaknya korban jiwa akibat bencana alam tersebut menimbulkan pertanyaan besar, apakah bencana ini faktor alam atau ulah tangan kerakusan manusia? Faktanya jika ditelisik lebih mendalam Periode 2016-2025, seluas 1,4 juta hektar hutan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang telah terdeforestasi akibat aktivitas 631 perusahaan. pemegang izin tambang, HGU sawit, PBPH, geotermal, izin PLTA dan PLTM.
Mari kita telisik lebih mendalam lagi, data menunjukkan bahwasannya banjir yang terjadi di 3 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, bersumber dari Daerah Aliran Sungai (DAS), terutama di bagian hulu sungai di wilayah perbukitan Bukit Barisan yang kemudian meluap ke hilir dan menyebabkan banjir bandang di banyak kabupaten/kota.
Berdasarkan data WALHI menunjukkan daerah yang terdampak bencana paling parah khususnya di Sumatera Utara yaitu wilayah yang berada di ekosistem Harangan Tapanuli (Ekosistem Batang Toru), yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Kota Sibolga. Ekosistem Batang Toru yang berada di bentang Bukit Barisan telah mengalami deforestasi sebesar 72.938 ha (2016-2024) akibat operasi 18 perusahaan.
Di Aceh, kondisi DAS juga sangat mengkhawatirkan. Terdapat 954 DAS, dengan sekitar 60 % berada dalam kawasan hutan, dan 20 DAS telah berstatus kritis. Beberapa DAS utama menunjukkan tingkat kerusakan yang tinggi:
- DAS Krueng Trumon (53.824 ha) kehilangan 43 % tutupan hutan dalam periode 2016–2022.
- DAS Singkil mengalami degradasi paling parah, dengan kehilangan 820.243 hektar tutupan hutan (66 %) dalam 10 tahun terakhir.
- DAS Peusangan mengalami kerusakan hingga 75,04 % dari total luasnya.
- DAS Jambo Aye, Krueng Tripa, dan Tamiang juga menunjukkan kerusakan besar, berkisar antara 36 hingga 45 persen.

sumber: www.pujatvaceh.com
Sementara di Sumatera Barat, DAS Aia Dingin yang merupakan salah satu DAS administratif penting di Kota Padang, dengan luas 12.802 ha. Secara topografis, kawasan hulu DAS memiliki kelerengan datar hingga terjal, dengan bagian hulu berada di wilayah Kawasan Hutan Konservasi Bukit Barisan yang seharusnya berfungsi sebagai benteng ekologis utama.
Namun, kawasan terdegradasi cukup parah akibat tekanan aktivitas manusia. Dari tahun 2001 hingga 2024, DAS Aia Dingin kehilangan 780 ha tutupan pohon, mayoritas deforestasi terjadi di wilayah hulu, yang memiliki peran vital dalam meredam aliran permukaan dan mencegah banjir bandang.
Peristiwa ini menyadarkan kita bahwasannya segala sesuatu yang diberikan oleh ALLAH SWT harus dijaga dan dirawat dengan sepenuh hati, pada dasarnya bencana yang terjadi di sumatera bukan hanya sekedar faktor alam, tetapi juga karena ulah kerakusan manusia itu sendiri. Bencana ini hasil dari diforestasi sawit, pembalakan hutan, pertambangan emas tanpa izin yang dibiarkan merajalela oleh pemerintah.
Dampak lainnya yang sering luput dari perhatian kita adalah kerugian sosial dan ekonomi masyarakat. Ribuan keluarga kehilangan rumah, mata pencaharian, serta akses pendidikan dan layanan kesehatan. Biaya pemulihan pascabencana pun sangat besar dan pada akhirnya ditanggung oleh negara dan masyarakat luas, bukan oleh pihak-pihak yang selama ini menikmati keuntungan dari eksploitasi sumber daya alam.
Banyak relawan dan influencer turun tangan dalam proses penanganan pascabenca salah satunya yaitu Ferry Irwandi, dengan tekad dan ambisi yang kuat ferry irwandi bersama tim malaka project dan di support oleh kitabisa.com menjadi penyalur tangan masyarakat Indonesia.
Melalui platform digital ferry irwandi menggalang donasi untuk membantu korban banjir dan longsor di sumatera dengan kurun waktu kurang dari 24 jam dana terkumpul sebesar 10,3 miliar dan lebih dari 87 ribu donatur, hal ini menunjukkan tekad seorang anak muda yang membuat era baru dalam sistem konsolidasi masyarakat dan pemerintah.
sumber: www.inews.id
Namun, bagi Ferry, menggalang dana saja tidak cukup. Ia dan timnya “malakaproject” turun langsung ke lokasi bencana, menyambangi daerah-daerah yang sulit dijangkau dan minim bantuan . Di sana, ia melihat sendiri kondisi warga yang kehilangan rumah, akses air bersih, dan bahan pangan. Bantuan yang disalurkan bukan sekadar angka, tetapi benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di lapangan.
Ferry menjelaskan logistik dan bantuan bergerak ke 32 titik bencana yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Tim relawan disebut menjangkau area yang aksesnya sulit, mulai dari Aceh Tamiang, Kuala Simpang, hingga desa-desa pedalaman, sebelum melanjutkan distribusi ke Langsa dan Medan. Untuk hari yang sama saat laporan dibuat, tim juga berfokus ke Takengon dan wilayah Gayo.
Total bantuan yang sudah didistribusikan disebut melampaui 8 ton. Rinciannya, sekitar 5 ton dibawa bertahap dari Jakarta, sementara sekitar 3 ton lainnya dibeli langsung di sejumlah daerah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ferry menegaskan volume bantuan masih akan bertambah seiring proses penyaluran berjalan. Dalam rincian jenis bantuan, ia menyebut total beras mencapai 106 ton. Sebagian, sekitar 51 ton, sudah masuk dalam laporan tahap keempat, sedangkan sekitar 55 ton lainnya masih dalam proses penyaluran.Selain itu, ada lebih dari 69.000 liter air yang sudah disalurkan, serta 14.100 paket makanan siap makan yang tinggal buka dan bisa langsung dikonsumsi di lokasi.
Ferry dalam kanal instagramnya memberikan informasi pembaruan tentang upaya pengelolaan komoditas dari wilayah terdampak, terutama cabai. Ia menjelaskan tim tidak menumpuk komoditas di satu kota agar tidak memicu oversupply dan mengganggu pasar. Namun akan didistrubisikan di beberapa kota di pulau jawa seperti jakarta, bandung, cirebon, dan karawang serta di lokasi-lokasi lainnya.
sumber: www. malang.jatimnetwork.com
Ferry dan timnya juga bekerja sama dengan rumah tani untuk penyaluran komoditi dari aceh dapat tersalurkan diseluruh wilayah di indonesia, langka strategis yang mereka lakukan tidak hanya menjual secara langsung, tetapi bisa juga dengan kanal online melalui link “Kunjungi toko ini di Shopee! RumahTaniNusantara: https://id.shp.ee/tTXGsEv “
Tidak sampai disini saja, yang paling diluar nalar ferry dan timnya malaka project juga memikirkan bagaimana komoditi lain seperti kopi dan bawang merah juga dapat dibawa keluar sumatera, menurutnya dengan melakukan skema piloting yaitu Memanfaatkan moda transportasi udara, khususnya pesawat bantuan yang dalam perjalanan kembali dari lokasi bencana, untuk mengangkut komoditas tani. Menjadi akses terbaik komoditi dapat cepat terakses ke publik.
Yang membuat langkah Ferry berbeda adalah caranya membangun kepercayaan. Ia membuka informasi secara transparan, mulai dari jumlah donasi hingga proses distribusi bantuan. Sikap ini membuat masyarakat merasa yakin bahwa bantuan mereka benar-benar sampai kepada yang membutuhkan. Ferry juga bekerja sama dengan relawan lokal, aparat, dan komunitas setempat agar bantuan bisa tersalurkan lebih cepat dan tepat sasaran.
Di kanal instagramnya Ferry menyampaikan bahwa bencana yang terjadi di Sumatera bukan hanya persoalan alam, tetapi juga peringatan tentang kerusakan lingkungan dan ketimpangan kebijakan. Namun, pesan tersebut disampaikannya dengan cara yang tenang dan membangun, tanpa menyulut kebencian. Ia mengajak masyarakat untuk tetap bersatu dan menjadikan kepedulian sebagai kekuatan bersama.
Kisah Ferry Irwandi menunjukkan bahwa perubahan tidak selalu harus dimulai dari kekuasaan. Satu orang yang peduli, bersuara, dan bertindak dengan konsisten bisa menggerakkan banyak orang. Di saat negara dan sistem sering berjalan lambat, solidaritas warga menjadi jembatan harapan bagi mereka yang terdampak bencana.
Di tengah puing-puing rumah dan luka kehilangan, kehadiran Ferry dan ribuan orang yang ikut berdonasi menjadi bukti bahwa kemanusiaan masih menjadi nilai utama. Kisah ini mengingatkan kita bahwa membantu sesama tidak selalu menunggu sempurna, yang terpenting adalah bergerak dan tidak berpaling.
Kisah inspirasi dari Ferry Irwandi mengingatkan saya dengan anime one piece dari nakama untuk nakama.
Ditulis Oleh : Ahmad Rojali



Posting Komentar